Memanfaatkan
limbah kotoran sapi yang menjadi masalah lingkungan.
Langkah pertama yang dilakukan adalah membentuk satu
kelompok yang diberi nama Faerumnesia. Nama ini diambil dari kata
“Faeces”(kotoran) dan “Rumen” (isi lambung sapi). Target awalnya adalah
bagaimana memproses kotoran sapi agar tidak berbau dan tidak gatal jika terkena
kulit.
Setelah berhasil, kelompok ini kemudian berusaha
mengembangkan lagi limbah kotoran sapi ini agar beguna. Salah satu upayanya
adalah bekerja sama dengan salah seorang perajin gerabah di Kasongan, Bantul,
untuk memanfaatkan kotoran sapi yang telah diolah tersebut menjadi bahan baku
pembuatan gerabah. Dengan komposisi 80% kotoran sapi + 20 persen tanah keras +
formula khusus berupa cairan, hasilnya cukup mengejutkan, gerabah yang
dihasilkan jauh lebih ringan dan kuat. Tidak seperti gerabah pada umumnya,
gerabah dengan campuran kotoran sapi ini penampilannya lebih cemerlang, bahkan
pada saat dibakar, 90 persen bagian gerabah tidak pecah.
Gerabah hasil inovasinya segera menarik perhatian
masyarakat. Brunei Darussalam dan Belanda adalah negara pertama yang langsung
memesan gerabah hasil inovasi. kemudian menawarkan program kerjasama untuk
membuat batu bata dari kotoran sapi,jika dibandingkan dengan gerabah yang harganya
fluktuatif, batu bata lebih stabil karena merupakan material pokok untuk
mendirikan bangunan yang selalu dibutuhkan masyarakat.
Hasilnya
memang menakjubkan, batu bata dari limbah kotoran sapi mempunyai banyak
kelebihan , yaitu :
- Harganya lebih ekonomis, yaitu hanya Rp.280,-/buah, jika dibandingkan dengan batu bata dari tanah liat yang mencapai Rp.500,-/buah.
- Bobotnya 20% lebih ringan daripada batu bata dari tanah liat.
- Daya tahannya 20% lebih kuat dibandingkan dengan batu bata biasa.
- Dapat mengurangi penggunaan semen hingga 60 persen.
- Mudah dibuat.
- Ramah Lingkungan.
Cara
pembuatan batu bata dari limbah kotoran sapi pun sangat mudah, dan dapat
dilakukan di mana saja. Langkah-langkahnya adalah :
- Bahan utama yaitu kotoran sapi dicampur dengan cairan formula khusus, hingga berwujud tanah liat.
- 80% bahan ini kemudian dicampur dengan 20% tanah keras.
- Selanjutnya, campuran ini dicetak seperti batu bata biasa.
- Batu bata setengah jadi ini kemudian dikeringkan dan dibakar. Proses pembakaran bisa menggunakan biogas yang juga berasal dari kotoran sapi.
Pengembangan selanjutnya, saat ini
sedang di ujicoba bentuk baru dari batu bata limbah kotoran sapi ini, yaitu
yang disebut dengan “batu bata lego”. Dengan batu bata lego, penggunaan semen
akan semakin sedikit karena yang akan makin mengurangi penggunaan semen. Dengan
menggunakan batu bata lego, nantinya bangunan tidak lagi mesti berbentuk
persegi panjang, tetapi juga bisa dibentuk seperti halnya mainan lego.
Sumber : ristek.go.id/ http://www.inimediaku.com/2010/11/inovasi-pengolahan-limbah-kotoran-sapi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar